Romantisme Arsip dalam Kartu Ucapan
Beberapa kartu pos koleksi arsip pribadi Abida Ainun Nuha |
Catatan pesan-pesan kecil dibalik sebuah buket bunga merupakan sebuah bukti bahwa pesan singkat itu menyimpan memori dan pengalaman, meski bunga sudah layu hingga tidak dapat lagi disimpan. Catatan itu menyimpan sebuah kenangan dan arti yang besar bagi seseorang yang mengalaminya, seperti halnya pada kartu pos atau kartu ucapan lebaran yang dari tahun ke tahun akan memberikan kemungkinan pengalaman yang berbeda.
Barangkali bagaimana kita dan apa yang kita lakukan adalah refleksi dari pengalaman subjektif terhadap dunia dan diri kita sendiri. Pernahkah kita berfikir apa yang telah kita ungkapkan dalam sebuah catatan kecil yang kita berikan pada seseorang juga akan berpengaruh terhadap pengalaman pribadinya? Meski kecenderungan untuk melakukan sebuah penilaian juga dipengaruhi oleh bahasa yang digunakan, waktu atau momentum juga mempunyai peran serta untuk menentukan kemungkinan tersebut. Dalam on Becoming a Person, Rogers (1995) menulis “Hanya kepada pengalaman aku harus berulang-ulang; untuk menemukan perkiraan kebenaran yang lebih tepat sebagaimana apa adanya dalam proses menjadi pada diriku.”
Sebuah momentum memang tidak akan setimpal jika dibandingkan experience-nya. Era kartu ucapan lebaran melalui pos atau pesan singkat melalui media digital, semua akan bermakna sesuai dengan porsinya masing-masing. Ucapan lebaran pada kartu pos menjadi refleksi sebuah ide untuk terlibat pada sebuah zaman. Seperti halnya teknologi yang semakin berkembang merupakan sebuah pencapaian dari seorang penemu yang berkaca pada pengalaman pribadinya terhadap pola zaman yang telah ia alami pada masa lalu.
Perubahan fenomena sosial dari budaya ucapan lebaran menggunakan kartu pos yang eksis pada era-90an dengan era tuntutan industri 4.0 bisa jadi terletak pada bagaimana kita menyikapinya. Unsur seni dan estetika yang disajikan pada wujud lembar ucapan lebaran tidak terlalu berpengaruh. Kenyataanya dewasa ini setiap perusahaan, kantor-kantor, bahkan secara pribadi ke pribadi menjelang hari lebaran banyak yang memberikan bingkisan beserta kartu ucapannya. Akan tetapi, bingkisan tersebut seolah lebih berguna daripada kartu ucapan yang disertakan.
Kartu pos Vincent Van Gogh |
Menulis sebuah pesan pada kartu pos, aktivitas yang belakangan jadi terlihat murah sejak banyak catatan tanpa makna marak beredar di dunia maya. Sebuah ucapan yang tertulis pada sebuah kartu terasa meaningless karena ukuran begitu sempit dan terbatas. Singkat dan padat, cukup untuk penyampaian pesan tanpa berbelit panjang. Biasanya pesan yang disampaikan disesuaikan dengan gambar yang berhubungan.
Seperti halnya melestarikan arsip,kelak ketika kartu ucapan itu terkumpul dari tahun ke tahun akan menjadi mesin waktu yang menarik mundur ke satu periode kehidupan, sebuah romantisme zaman. Sesempit apapun ruang untuk mencipta sebuah memori pada akhirnya dapat membentuk sebuah wacana. Bisa jadi itu yang membedakan romantisme kartu ucapan yang tidak akan bisa digantikan dengan unggahan kilat melalui media digital.
Kartu pos bergambar penari wanita Bali yang dikirimkan menggunakan perangko. |
Melalui aktivitas pengarsipan, penciptaan dan penyimpanan. Setiap orang mampu menjadi sejarawan atas dirinya sendiri dengan melalui catatan harian, aktivitas surat menyurat, dokumentasi, foto, hobi bertukar kartu pos, piagam penghargaan dan lain sebagainya. Semua itu dapat dibuka kembali untuk membawa pada memori masa tertentu sebagaimana wujud refleksi peran serta arsip pada kehidupan personal.
Kelak huruf akan terangkai menjadi kata, kalimat terekam menjadi memori, memori hancur ibarat abu. Sebagaimana kita hanya tersisa sebagai cerita.
Tentu arti sebuah cerita yang terungkap dalam arsip yang ditangkap dalam suatu makna tertentu perlu adanya kesadaran moral, agar pemahaman arsip tidak hanya terbatas pada objektifitas, akan tetapi juga subjektifitas sumber zaman yang lebih bersifat personal. Arsip membantu seseorang memperbaiki ingatan. Arsip menunjukkan kekuatan pribadi pemiliknya. Arsip tidak akan berbohong karena ia tidak bisa membantah dirinya sendiri,” (Pramoedya Ananta Toer). Menemu-kembali arsip merupakan salah satu ragam upaya melihat romantisme arsip dalam kartu ucapan. Sedangkan, menemu-kenali arsip bisa jadi sebuah cara untuk menemukan makna hidup dari nilai-nilai pengalaman yang pernah terjadi.
Tulisan dan foto oleh Abida Ainun Nuha/Arsiparia.
0 komentar